Persebaya Penuh Kartu Merah, 4 Kartu Merah Sudah Dikantongi!

detikbola.web.id— Persebaya Surabaya kembali mendapat perhatian dalam Super League 2025/2026. Bukan karena mencetak banyak gol atau meraih kemenangan besar, tetapi karena jumlah kartu merah yang kini menjadi pusat perhatian masyarakat sepak bola nasional.
Sampai pekan ke-10, Green Force telah menerima empat kartu merah. Angka ini membuat mereka menjadi tim dengan jumlah kartu merah terbanyak hingga saat ini di antara semua peserta liga.
Kartu merah terbaru terjadi dalam pertandingan melawan PSBS Biak di Stadion Maguwoharjo, Sleman, Jumat (24/10/2025) sore.
Pada pertandingan tersebut, Persebaya Surabaya harus berjuang sengit dengan hanya sembilan pemain sejak babak pertama tetapi akhirnya mampu meraih satu poin penting.
Permainan yang sengit dan penuh tekanan terasa sejak menit pertama. PSBS Biak tampil agresif sejak peluit pertama ditiup dan membuat Ernando Ari bekerja keras dalam menjaga gawangnya dari serangan beruntun.
Kesalahan umpan pada menit pertama hampir menyebabkan malapetaka bagi Green Force. Bola jatuh ke kaki Damianus Putra yang langsung melepaskan tendangan, namun bola masih melewati tiang gawang.
Persebaya Surabaya berupaya melepaskan diri dari tekanan dengan serangan cepat dari sisi lapangan. Namun serangan mereka sering terhambat di lini tengah karena pressing ketat dari tim tuan rumah.
Pada menit ke-19, Persebaya Surabaya mulai mengalami kesulitan.
Tekanan yang diberikan oleh PSBS memaksa Leo Lelis untuk berjuang di lini pertahanan, hingga akhirnya ia mendapatkan kartu merah langsung pada menit ke-32 setelah dianggap melakukan pelanggaran keras terhadap Mohcine Hassan Nader.
Belum sempat mengatur kembali alur permainan, malapetaka kembali muncul di akhir babak pertama.
Mikael Tata menerima kartu kuning kedua pada menit ke-45, menyebabkan tim Green Force harus melanjutkan babak pertama hanya dengan sembilan pemain.
Meskipun keterbatasan jumlah pemain, Persebaya Surabaya tampil terorganisir di babak kedua. Ernando Ari menjadi pahlawan di bawah mistar dengan beberapa penyelamatan penting yang membuat skor tetap imbang 0-0 hingga akhir pertandingan.
Eduardo Perez tampak senang dengan semangat perjuangan para pemainnya meskipun kondisi di lapangan tidak mudah. Pelatih asal Spanyol ini terus memberikan arahan dari pinggir lapangan agar timnya tetap fokus dan menjaga konsentrasi.
Pergeseran strategi dilakukan pada menit ke-57. Perez memasukkan Malik Risaldi dan Randy May guna meningkatkan tenaga serta kecepatan serangan balik Persebaya Surabaya.
Kedatangan Malik memberikan nuansa baru bagi Green Force. Pemain depan cepat tersebut sempat menghadirkan peluang berbahaya pada menit ke-69, tetapi tembakannya masih mampu diblok oleh kiper PSBS Biak, Aldo Geraldo.
PSBS Biak sempat unggul dalam jumlah pemain, tetapi situasi berubah pada menit ke-76.
Nurhidayat menerima kartu merah setelah melakukan pelanggaran keras terhadap Francisco Rivera, sehingga kedua tim akhirnya harus bermain dengan sepuluh dan sembilan pemain.
Di akhir pertandingan, Persebaya Surabaya mendapatkan dua kesempatan bagus melalui kerja sama Malik dan Rivera. Namun, finishing yang kurang optimal membuat skor tetap imbang tanpa gol hingga wasit meniup peluit akhir.
Hasil imbang ini mengakibatkan Persebaya Surabaya mendapatkan satu poin dari Sleman dan terjebak di peringkat kesembilan klasemen sementara dengan 11 poin.
Namun, perhatian masyarakat justru tertuju pada catatan kepatuhan yang mulai menimbulkan kekhawatiran.
Empat kartu merah dalam delapan pertandingan menjadi catatan khusus bagi tim Eduardo Perez. Rata-rata 0,5 kartu merah per pertandingan menunjukkan masih ada kendala dalam pengaturan emosi dan disiplin pemain di lapangan.
Bandingkan dengan Persib yang hanya menerima dua kartu merah dalam tujuh pertandingan dengan rata-rata 0,29, atau Arema FC dan Persis yang masing-masing mencatat dua kartu merah dari delapan pertandingan.
Persebaya Surabaya memang tercatat sebagai tim yang paling sering menerima kartu merah dalam kompetisi.
Kondisi ini tentu menjadi tantangan besar bagi Eduardo Perez.
Pelatih berusia 48 tahun ini terkenal dengan pendekatan permainan yang penuh semangat dan cepat, tetapi gaya tersebut sering menyebabkan pemainnya terlibat dalam pertarungan sengit yang memiliki risiko besar.
Jika tidak segera diatasi, perkembangan ini dapat merugikan tim dalam jangka panjang.
Melakukan pertandingan dengan jumlah pemain yang lebih sedikit dalam beberapa laga terakhir tentu memberatkan kondisi fisik sekaligus mengurangi efektivitas strategi yang disusun oleh Perez.
Namun di sisi lain, semangat perjuangan para pemain patut mendapat apresiasi. Bermain dengan sembilan pemain dan mampu bertahan imbang melawan PSBS Biak menunjukkan ketangguhan mental Persebaya Surabaya.
Kini tantangan berikutnya yang dihadapi Eduardo Perez adalah menjaga keseimbangan antara sikap agresif dan pengendalian emosi.
Persebaya Surabaya membutuhkan disiplin yang lebih baik agar mampu kembali berada di papan atas klasemen tanpa harus kehilangan pemain dalam setiap pertandingan penting.
Empat kartu merah memberikan peringatan yang tajam sekaligus menjadi pelajaran berharga bagi Green Force.
Jika ingin bersaing memperebutkan gelar pada musim ini, Persebaya Surabaya perlu lebih bijak dalam berlaga, bukan hanya berani menghadapi lawan, tetapi juga mampu mengatasi dirinya sendiri.
Gabung dalam percakapan